Rabu, 23 November 2016

SMAN 1 AIR SUGIHAN

 SMAN 1 AIR SUGIHAN KELAS 12 IPA 1

Hubungan Psikologi Perkembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini



Hubungan Psikologi Perkembangan dan Pendidikan
 Anak Usia Dini

Menurut Desmita (2013 : 3) Psikologi perkembangan adalah cabang dari psikologi yang mempelajari secara sistematis perkembangan perilaku manusia secara ontogenik, yaitu mempelajari proses-proses yang mendasari perubahan yang terjadi didalam diri, baik perubahan dalam struktur jasmani, perilaku, maupun fungsi mental manusia sepanjang rentang hidupnya (life span), yang biasanya dimulai sejak konsepsi hingga menjelang mati.
Menurut Suyadi, Maulidya (2012 : 17) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ialah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. PAUD memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kepribadian dan potensi secara maksimal.
Hubungan antara psikologi perkembangan dan pendidikan anak usia dini, yaitu dilihat dari pengertian psikologi perkembangan dan juga pendidikan anak usia dini bisa diambil kesimpulan bahwa hubungan keduanya tidak dapat dipisahkan, karena dengan adanya lembaga pendidikan anak usia dini maka kita bisa mengetahui perubahan apa saja yang terjadi pada anak baik fisik, perilaku maupun proses mentalnya. Dengan demikian kita bisa memberikan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan anak.

kecerdasan majemuk





"MULTIPLE INTELLIGENCE"




Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence atau MI) merupakan istilah yang relatif baru yang dikenalkan oleh Howard Gardner. Jasmine (2007: 5) menjelaskan bahwa “Teori tentang Kecerdasan Majemuk (KM) adalah salah satu perkembangan paling penting dan paling menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini”. Teori KM didasarkan atas karya Howard Gardner, pakar psikologi perkembangan, yang berupaya menciptakan teori baru tentang pengetahuan sebagai bagian dari karyanya di Universitas Harvard. Gardner berkenaan dengan teori tersebut, yaitu Frame of Mind (1983) menjelaskan ada delapan macam [sekarang sembilan] kecerdasan manusia yang meliputi bahasa (linguistic), musik (musical), logika-matematika (logical-mathematical), spasial (spatial), kinestetis-tubuh (bodily-kinesthetic), intrapersonal (intrapersonal), interpersonal (interpersonal), dan naturalis (naturalits). Berikut ini dijelaskan secara ringkas satu persatu dari bentuk-bentuk kecerdasan yang dimaksud oleh Gardner.

1) Kecerdasan Bahasa (Linguistic Intelligence)

Kecerdasan bahasa erat hubungannya dengan keterampilan orang dalam menguasai bahasa tulisan dan lisan. Shearer (2004: 4) menjelaskan bahwa “Ciri utama dari kecerdasan bahasa meliputi kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif dalam membaca, menulis, dan berbicara. Keterampilan berbahasa penting sekali untuk memberikan berbagai penjelasan, deskripsi, dan ungkapan ekspresif”. Banyak orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol mempunyai kemampuan dalam bersyair, atau gaya menulis yang kaya ekspresi (Gardner, 2003). Gardner percaya para penyair dan penulis berbakat mempunyai pemahaman yang kuat tentang semantik (arti kata-kata), fonologi (bunyi bahasa), pragmatik (penggunaan bahasa), dan sintaksis (kaidah bahasa) dalam menggunakan kata-kata dan gagasan uniknya.

Komponen lain dari kecerdasan bahasa adalah memori lisan (verbal memory). Gardner (2003) menjelaskan bahwa “Kemampuan untuk mengingat informasi seperti daftar-daftar lisan yang panjang merupakan bentuk lain dari kecerdasan bahasa”. Oleh karena kekuatan memori lisan, maka mengingat dan mengulangi kata-kata yang panjang menjadi mudah bagi orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol. Bagi orang yang kuat memori lisannya maka gagasan mengalir dengan konstan hal ini disebabkan mereka mempunyai banyak kata-kata di dalam memori lisannya. Tanpa menghiraukan bagian khusus dari kekuatan memori lisan, penekanan terjadi baik pada bahasa tulis maupun bahasa lisan dalam kecerdasan bahasa (Gardner, 2003).

2) Kecerdasan Musik (Musical Intelligence)

Kecerdasan yang muncul lebih awal pada manusia dibanding kecerdasan lain adalah bakat musik. Shearer (2004 : 4) menjelaskan bahwa “Kecerdasan musikal meliputi kepekaan terhadap tangga nada, irama, dan warna bunyi (kualitas suara) serta aspek emosional akan bunyi yang berhubungan dengan bagian fungsional dari apresiasi musik, bernyanyi, dan memainkan alat musik”. Agar dapat dikatakan menonjol pada kecerdasan musik maka seseorang harus mempunyai kemampuan auditorial dengan baik (Gardner, 2003). Kemampuan auditorial tidak hanya menjadikan seseorang mampu mendengar dan merangkai musik saja, juga seseorang mampu mengingat pengalaman bermusik. Gardner (2003 : 102) juga menjelaskan bahwa “Kemampuan bermusik berhubungan dengan memori suara. Sekian persen dari apa yang didengar seseorang akan masuk dalam alam bawah sadarnya dan menjadi bagian pokok dari daya ingatnya”. Musik sering dimasukkan dalam ranah kecerdasan karena merupakan komponen memori. Pesinetron dan pengarang lagu adalah contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan musik yang menonjol.

3) Kecerdasan Logika-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence)

Bentuk lain dari kecerdasan manusia adalah kecerdasan logika-matematika. Shearer (2004: 4) menyatakan bahwa “Kecerdasan logika-matematika meliputi keterampilan berhitung juga berpikir logis dan keterampilan pemecahan masalah”. Matematikawan bukanlah satu-satunya ciri orang yang menonjol dalam kecerdasan logika-matematika. Siapapun yang dapat menunjukkan kemampuan berhitung dengan cepat, menaksir, melengkapi permasalahan aritmetika, memahami atau membuat alasan tentang hubungan-hubungan antar angka, menyelesaikan pola atau melengkapi irama bilangan, dan membaca penanggalan atau sistem notasi lain sudah merupakan ciri menonjol dari kecerdasan logika-matematika (Gardner, 2003).

4) Kecerdasan Visual-Spasial (Visual-Spatial Intelligence)

Kecerdasan ruang kadang-kadang disebut juga dengan kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan untuk merepresentasikan dunia melalui gambaran-gambaran mental dan ungkapan artistik (Shearer, 2004). Gardner (2003 : 173) mengakui bahwa “Pusat bagi kecerdasan ruang adalah kapasitas untuk merasakan dunia visual secara akurat, untuk melakukan transformasi dan modifikasi terhadap persepsi awal atas pengelihatan, dan mampu menciptakan kembali aspek dari pengalaman visual, bahkan sampai pada ketidakhadiran dari stimulus fisik yang berhubungan dengan pengalaman visualnya”. Ada banyak profesi atau ciri orang yang memerlukan kecerdasan ruang seperti, seorang pelaut memerlukan kemampuan untuk mengemudikan perahunya dengan bantuan peta; seorang arsitek dapat memanfaatkan sepetak ruang untuk membuat bangunan, dan seorang gelandang harus mampu memperkirakan seberapa jauh penyerang dapat menerima operan bola (Checkley, 1997). Kecerdasan visual-spasial berhubungan dengan objek dan ruang yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5) Kecerdasan Kinestetik-Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)

Suatu kecerdasan yang sangat aktif yang dianugrahkan pada manusia adalah kecerdasan kinestetik-tubuh. Shearer (2004: 5) menjelaskan bahwa “Kecerdasan kinestetik menyoroti kemampuan untuk menggunakan seluruh badan (atau bagian dari badan) dalam membedakan berbagai cara baik untuk ekspresi gerak (tarian, akting) maupun aktivitas bertujuan (atletik)”. Penari dan perenang merupakan contoh dalam mengembangkan penguasaan gerak badan mereka sesuai gerakan khusus. Ada juga kemampuan menggerakkan objek dengan gerakan kompleks, seperti pemain basebal dan pemain musik. Semua orang dengan kecerdasan kinestetik-tubuh yang menonjol mampu menggunakan otot-ototnya untuk mengendalikan gerak badannya, memiliki koordinasi tangan-mata, dan mampu menggerakkan objek untuk melengkapi sejumlah gerak kompleks atau mengatur sebuah pesan (Gardner, 1983).

6) Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)

Ada dua kecerdasan yang berhubungan dengan perasaan diri sendiri. Pertama kecerdasan pribadi yang berhubungan dengan aspek internal dari seseorang. Hal itu disebut dengan kecerdasan intrapersonal. Shearer (2004: 6) menjelaskan bahwa “Fungsi penting dari kecerdasan intrapersonal ialah meliputi penilaian-diri yang akurat, penentuan tujuan, memahami-diri atau instropeksi, dan mengatur emosi diri. Jika seseorang sudah memiliki kecerdasan intrapersonal yang kuat maka ia mampu memahami dirinya sebagai pribadi, apakah menyangkut potensi dirinya, bagaimana ia mereaksi terhadap berbagai hal, dan apa yang menjadi cita-citanya (Checkley, 1997). Dengan kecerdasan intrapersonal yang baik diharapkan setiap orang mampu membuat keputusan dan menentukan perilakunya tanpa harus selalu diarahkan dari orang lain.
lam pembelajaran merupakan satu alat efektif yang dapat membantu mencapai tujuan pendidikan (Hopper dan Hurray, 2000). Karena ada delapan kompetensi intelektual di dalam otak, maka guru dapat menyertakan beberapa cara baru dan berbeda tentang pendekatan tugas yang menggunakan satu atau lebih dari kombinasi KM.

 Menurut Gadner, kecerdasan manusia juga harus dinilai berdasarkan:
- Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi hidup
- Kemampuan menemukan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan atau dicari solusinya
- Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan memberikan penghargaan dalam budaya seseorang.

7) Kecerdasan Interpesonal (Interpersonal Intelligence)

Kecerdasan kedua yang berhubungan dengan orang dan pemahaman terhadap diri sendiri merupakan hubungan interpersonal. Kecerdasan interpersonal, sebagai sisi lain dari kecerdasan intrapersonal, sangat berhubungan dengan kemampuan untuk memahami orang lain. Shearer (2004: 6) menyatakan bahwa “Kecerdasan interpersonal mendorong keberhasilan seseorang dalam mengatur hubungan antar individu. Dua keterampilan pokok itu merupakan kemampuan untuk mengenali dan menerima perbedaan antar individu dan kemampuan untuk mengenali emosi, suasana hati, perspektif, dan motivasi orang”. Contoh profesi yang pekerjaan sehari-harinya berhadapan dengan orang, seperti guru, dokter, polisi, atau pedagang perlu lebih trampil dalam kecerdasan interpersonal supaya lebih berhasil di tempat kerja (Checkley, 1997). Namun hal itu jauh lebih sulit bagi beberapa orang yang bekerja bersama orang lain di mana mereka tidak bisa memahami atau dengan siapa mereka tidak bisa berhubungan.

8) Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence)

Lama sekali setelah Gardner menulis bukunya, Frames of Mind, ia menemukan bentuk kecerdasan yang lain. Bentuk kecerdasan kedelapan yang dimaksud oleh Gardner adalah kecerdasan naturalis. Shearer (2004: 6) menjelaskan bahwa “Orang yang menonjol dalam kecerdasan naturalis menunjukkan rasa empati, pengenalan, dan pemahaman tentang kehidupan dan alam (tanaman, hewan, geologi)”. Ada banyak bidang pekerjaan yang menghendaki bakat naturalis, seperti petani, ilmuwan, ahli tanah, dan orang yang berciri khas mengamati perilaku alam (Shearer, 2004). Walaupun ada banyak bidang pekerjaan yang memerlukan kekuatan kecerdasan naturalis, banyak orang dapat memiliki kekuatan kecerdasan naturalis dengan pemahaman sederhana dan memahami hakikat alam.

Sejak buku Gardner diterbitkan tahun 1983, para pendidik telah mendiskusikan dengan antusias cara mempertimbangkan pengunaan berbagai KM di dalam kelas (Osburg, 1995). Dengan mengadopsi penggunaan dari KM di dalam kelas, dan guru memiliki perspektif KM pada materi pelajaran, maka guru dapat melihat adanya satu perbedaan dalam gaya mengajar mereka, kurikulum sebagai suatu keseluruhan, dan organisasi kelas (Shearer, 2004). Ketika guru dapat benar-benar memandang perbedaan dalam intelektual manusia, mereka akan mempunyai cara-cara efektif untuk mendidik para siswa di dalam kelas (Gardner, 2003). Menggunakan KM da





kata mutiara bag 1


fungsi seni tari untuk anak usai dini

FUNGSI SENI TARI UNTUK ANAK USI DINI
Ada beberapa fungsi atau manfaat dalam mempelajari seni tari bagi anak usia dini yakni sebagai berikut.
1.      Fisik dan Koordinasi mantap
Belajar menari secara rutin memiliki pengaruh bagus pada perkembangan fisik anak. Dengan menari, tubuh anak menjadi lebih lentur, koordinasi pikiran dan gerakannya lebih terkontrol, postur tubuhnya lebih bagus dan bisa mengurangi resiko obesitas dini. Bahkan jiak keahian tari ini terus diasah hingga dewasa, bisa mengurangi resiko beberapa penyakit seperti encok, kepikunan, tulang rapuh, stroke dan penyakit jantung.
2.      Melatih Disiplin
Ketika berjuang menguasi maneuver-manuver dan koreogrfi tarian seorang anak tidak bisa menyontek untuk melakukannya dengan baik. Agar bisa menguasai semua gerakan yang dibutuhkan untuk satu set tarian, anak benar-benar harus dispin dalam berlatih dan memiliki komitmen tinggi.
3.      Meningkatkan Kreatifitas dan Kepercayaan Diri
 Seni tari menuntut seorang anak untuk belajar berekspresi lewat tariannya; hal ini dapat berdampak pada tingkat kreatifitas serta kepercayaan diri di dunia luar sanggar atau sekolah tari. Selain itu, kemampuan fisik dan berolah gerak yang diperoleh dari belajar menari dapat membuat anak merasa percaya diri, yang kemudian dapat berdampak baik pada motivasinya dalam melakukan suatu tugas serta mengejar target di berbagai bidang kehidupan berapapun usianya.
4.      Belajar Bekerjasama, Tidak Melulu Berkompetisi
Dalam dunia sekolah umum, anak sering diajar untuk berkompetisi dengan teman-temannya demi mendapat peringkat tinggi di kelas. Dalam seni tari, terutama jika menarikan banyak tarian berkelompok, anak harus belajar untuk bekerjasama dan berkoordinasi dengan anak-anak lain untuk menghasilkan satu penampilan yang bagus. Hal ini bagus untuk menyeimbangkan jiwa kompetisi dengan semangat kerjasama dan menghilangkan sikap sombong serta mau menang sendiri.
5.      Membentuk Saluran untuk Mekanisme Pertahanan Ego
Yang dimaksud dengan mekanisme pertahanan ego di sini adalah setiap tindakan yang dilakukan setiap kali seseorang habis mengalami sesuatu yang mengguncang sistem nilai, pemahaman serta harga dirinya
Pendidikan seni tari pada anak usia dini adalah salah satu sarana pendiidkan untuk mengembangkan kepribadian anak yang positif dalam mencapai kedewasaan anak. Dalam proses mencapai kedewasaan, anak juga mengalami proses pengalihan kebudayaan sebagai model-model pengetahuan, nilai-nilai dan kepercayaan. Proses pengalihan kebudayaan yang meliputi proses sosialisasi, enkulturasi dan internalisasi, dikenalkan pada anak sejak anak usia dini melalui proses pembelajaran seni tari, anak mampu bersosialisasi dengan guru, lingkungan, sekolah, teman sebaya; anak mampu membentuk pola-pola yangt etap dan mantap melalui proses meniru yang dilakukan secara terus menerus; anak mampu mengembangkan ebrbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi dalam kepribadiannya yang ditunjukkan dengan ekspresi gerak. DI samping itu, anak juga dapat mengenal seni budaya, adat istiadat, norma-norma, tata peraturan yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Fungsi seni tari lainnya bagi anak usia dini adalah
1.      Meningkatkan perkembangan emosional anak terutama dalam memperhalus budi pekerti anak.
2.      Mengembangkan kepekaan serta daya cipta (kreasi) anak untuk mengekspresikan.
3.      Mengembangkan kognisi anak.
4.      Merangsang daya imajinasi yang sehat.
Menurut Seefeldt & wasik (2008) kesenian adalah dasar dalam setiap pembelajaran. Kemudian Asef Umar Fakhrudin (2010:198), menjelaskan bahwa semua anak sejatinya mempunyai jiwa seni dalam dirinya. Dalam pembelajaran seni tari tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan seni itu sendiri, akan tetapi juga untuk mengembangkan potensi dan dimensi lain yang dimiliki anak. Berikut ini alasan dasar mengapa seni tari dimasukkan dalam pembelajaran anakusia dini.
1.      Membantu Perkembangan Dasar Anak
a.       Perekembangan Motorik
Elizabeth Hurlock menyatakan bahwa ketiaka anak bermain, yang dalam ini secara alamiah dan otomatis mnggerakkan badan dan organ-organnya, akan menyeruak keterampilan motorik baru yang masing-masing membentuk pola kehidupan.
Menurut Yusuf (Kusumastuti:2009), kemampaun motorik anak dapat dideskrisikan sebgai berikut.
Usia
Kemampuan motorik kasar
Kemampaun motorik halus
3-4 tahun
1.      Naik turun tangga
2.      Meloncat dengan dua kaki
3.      Melempar bola
1.      Menggunakan krayon
2.      Menggunakan benda atau alat
3.      Meniru bentuk (meniru gerakan orang lain)
4-6 tahun
1.      Meloncat
2.      Mengendarai sepeda anak
3.      Menangkap bola
4.      Bermain olahraga
1.      Menggunakan pensil
2.      Menggambar
3.      Memotong dengan gunting
4.      Menulis huruf cetak
menurut Zulkifli (Kusumastuti:2009, menjeaskan gerakan yang sering dilakukan anak-anak dapat dibedakan menjadi 3 golongan.
1.      Motorik statis, yaitu gerakan tubuh sebagai upaya memperoleh keseimbangan gerak pada saat berjalan.
2.      Motorik ketangkasan yaitu gerakan untuk melakukan tindakan yang berwujud ketangkasan dan keterampilan.
3.      Motorik penguasaan, yaitu gerakan yang dilakukan untuk mengendalikan otot-otot tubuh sehingga ekspresi muka terlihat jelas.
Seni tari salah satu alternatif yang bisa dijadikan sebagai media untuk membantu perkembangan motorik anak.
b.      Perkembangan Kognitif
kematanagn berpikir atau kognisi seseorang (anak), menurut Wodsworth (Rasyid, 2012:103), memerlukan proses dan sentuhan pihak lain terhadap dirinya melalui interaksi fisik dan psikis dengan variasi lingkungannya. Pembelajaran seni tari adalah sebuah rangsangan untuk melatih perkembangan kognitif. Anak dilatih untuk berpikir, meniri, berkreasi dan menghafalkan gerakan dalam hal demikian, kematangan berpikir manusia, sebenarnya diawali dengan berpikir simbolik, yang pada akhirnya dapat berfungsi memberikan ketepatan mengingat objek dan pengalaman, serta membantu anak untuk berpikir dalam memecahan masalah.
c.       Perkembangan social dan emosional
Pendidikan emosi dan social  pada  anak, berada pada posisi sangat penting dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Dalam emosi anak tercermin pada raut wajah mereka yang bahagia, teriakan-teriakan penyemangat, senyum dan tertawa, juga yang lainnya. Melalui seni tari anak belajar unuk melatih mengkpresikan emosi yang posiif. Lalu aspek sosialnya bisa dilihat salah satunya dalam tarikelompok atau berpasangan. Dalam kelompok tersebut anak harus memandang teman-temannya sebagai bagian kelompok \, yang tentunya harus kompak.
d.      Perkembangan bahasa
Dalam pembelajaran seni tari, juga melatih perkembangan bahasa anak. Sesuai yang dijelaskan Didi Suryanto, selaku praktisi, atau guru tari dalam setiap pembelajaran seni tari tidak serta merta langsung mengajarkan gerakan kepada anak, tetapi terlebih dahulu bercerita tentang tema atau judul tari yang akan dibawakan
2.      Mengembangkan Kreativitas anak
Kesenian adalah dasar dalam setiap pembelajaran anak usia dini. Menurut Seefeldt & Wasik (2008), bukannya mengindahkan bidang pelajaran lain akan tetapi tidak ada pembelajaran yang efektif dan berhasil tanpa menekankan kesenian. Menurut Piaget dan Inhelder (Seefeldt & Wasik, 2008) kemampuan atau bakat anak untuk menghadirkan imajinasi (kreativitas) mereka itu berjalan paralel dengan perkembangan kognitif. Hurlock (2002) bahwa kreativitas anak dapat dipupuk atau dibekukan oleh pengaruh lingkungan. Kreativitas dalam seni tari berkaitan dengan adanya penemuan, pengalaman, dan proses pembelajaran untuk menghasilkan ide baru.
3.      Mengembangkan Minat dan Bakat
Pada dasarnya manusia dibekali  potensi yang luar biasa didalam dirinya. Dalam pross berlangsungnya hidup, potensi terseut harus  diasah dan digali sehingga ia menjadi seorang yang ahlidalam bidangnya. Dengan mengenali bakat anak sejak dini, maka bakat anak akan terasah dan terus digali dengan baik.
4.      Melestarikan Budaya Indonesia
Melalui pendidikan seni disekola, selain memang untuk media dalam membantu perkembangan dan pertumbuhananak, disisi lain juga mempunyai visi mengenalkan seni kepada anak usia dini. Dengan harapan, anak mepunyai rasa memiliki, ingin menjaga dan melestarikan salah satu kedubayaan yang tak ternilai tersebut.
Menurut Setyowati, (2006:12) untuk usiapendidikan, seni perlu diberikan kepadaanak sejak dini, khususnya seni tari karenadengan kegiatan menari banyak manfaatyang bisa ditemukan, seperti:
1.      Melatih motorik dan bakat
Dengan gerakan-gerakan tari anak akanmampu mengekspresikan dirinya denganterampil lewat gerak tari dan irama musik sehingga motorik kasar anak bisaberkembang dengan berjalannya waktu.Selain itu anak bisa lebih semangatbelajar saat mendengar hari ini ada pelajarantari apa lagi akan diadakan pentas seni, anak bisa bergerak bebas sesuai dengan iramamusik, melompat, menggerakkan tangan,kepala dan lain-lain yang berhubungandengan motorik kasar anak karena kegiatantari ini dapat mengembangkan kemampuanatau bakat yang mereka miliki.
2.      Kegembiraan
Karena rangsang auditif itu adalahmodel rangsang dengar yang terkesan untuk mengembangkan materi tari melalui bunyi-bunyian yang didengar, misalnya sepertianak langsung bergerak ketikamendengarkan musik yang diputar oleh gurusehingga pada dasarnya anak-anak merasamenemukan kebebasan dalammenggerakkan anggota tubuhnya maupunmengkoordinasikan semua gerakan yangmuncul atau gerakan yang satu dengangerakan yang lainnya sesuai dengan iramadan tempo musik yang diinginkan oleh Ainur Rohmatul Hafida (081684006), Pembelajaran Tari Melalui Rangsang Auditifmasing-masing anak. Anak akan merasagembira dengan melakukan tarian karenagerakannya sederhana dan menarik.
3.      Keberanian
Dari gerakan-gerakan sederhanatersebut seperti melambai ke atas dan kebawah, tepuk-tepuk, memutar pergelangantangan pada saat guru tari memutar lagu.Gerakan yang tidak di sengaja tersebut Gurutari menciptakan suatu gerakan tari yangsederhana yang terinspirasi dari kreativitasmurid-murid. Secara tidak langsung Guru juga melatih mental anak untuk ke arah yanglebih berani dengan mengikutkan merekadalam perlombaan.
4.      Minat
Dari tarian sederhana akan dapatmemunculkan keinginan atau minat anak dalam menyukai dan mengekspresikangerakan yang diinginkan.
5.      Percaya diri
Anak akan merasa percaya diri karenasering mengikuti pentas tari yang dilihatbanyak orang, secara tidak langsung mentalanak akan teruji saat mereka berada di ataspanggung.
6.      Kerjasama
Dengan mengajarkan anak tariberkelompok maka anak juga akan berlatihkerjasama dengan teman, saling membantuketika teman merasa kesulitan saat berlatih,dan juga saling mengingatkan. Dalamfrekuensi interaksi dengan teman sebaya,baik positif maupun negatif, terusberkelanjutan dan makin meningkat padamasa usia prasekolah ini (Hartup, 1983dalam Santrock, 1990:312). Denganbertambahnya usia, anak makin mengetahuibagaimana cara bermain dan bergaul(Hadist, 2004:142).

7.      Nasionalis
Guru tari mengajarkan anak-anak tarian tradisional misalnya menggunakanlagu gundul-gundul pacul, jaranan, dancublak-cublak suweng. Ini dikarenakanuntuk melestarikan budaya bangsa selainitu tarian tradisional banyak mengandungunsur permainan atau dolanan sehinggabaik untuk diajarkan pada anak TamanKanak-Kanak.
8.      Toleransi
Banyak macam tarian yang diajarkan diTK, tarian daerah maupun tarian religius inibertujuan untuk mengajarkan sikaptoleransi antar sesama.Menurut Hibana (2002:26) motorik kasar pada anak usia 4-5 tahun sangatberpengaruh dalam gerak tari, karena dengangerakan-gerakan tari anak akanmengeluarkan tenaga. Dengan gerakan-gerakan tari tersebut anak akan mampumengekspresikan dirinya melalui gerak taridan irama musik sehingga motorik kasaranak bisa berkembang.
Tujuan Pendidikan Seni Musik dan Tari Anak Usia Dini : Melatih fisik motorik anak.Melatih perkembangan kognitif, afektif. Melatih perkembangan sosial emosi, komunikasi dan bahasa. Melatih minat, bakat, dan kreativitas anak.Menanamkan nilai-nilai pendidikan atau nilai-nilai kemanusian (kepekaan estetis). Melestarikan Budaya Indonesia.
Kemampuan dasar fisik AUD dapat dikenali dari kemampuannya melakukan gerakan keseimbangan, lokomotor, kecepatan, perubahan, ekspresi, teknik, mengendalikan tubuh, gerak yang energik dan koordinasi anggota tubuh. Kemampuan dasar estetik AUD terlihat dari kemampuannya mengungkapkan keindahan tari baik dalam kegiatan penciptaan tari maupun dalam kegiatan menari. Kemampuan dasar kreatif AUD dapat dikenali dari kemampuannya membuat gerak-gerak yang unik, berbeda dengan teman-temannya, bahkan kemampuannya membuat gerak baru, serta kecepatannya menyesuaikan diri dengan teman-temannya, apabila melakukan kesalahan pada waktu menari.
Ciri-ciri khusus pendidikan seni untuk AUD adalah musik dan tari yang sesuai dengan kemampuan dasar anak usia AUD dari aspek intelektual, emosional, sosial, perseptual, fisikal, estetik dan kreatif. Bermain merupakan pendekatan yang paling cocok untuk pembelajaran musik dan tari di AUD.
Bila anak tersebut memiliki minat dan kemampuan dibidang seni tari tak semua anak mampu meniru gerakan tarian dengan tepat hanya dengan melihatnya saja. Namun, anak dengan kecerdasan gerak memiliki kemampuan untuk dapat meniru, menghafal dan menghayati gerakan-gerakan tarian yang dilihatnya. Tak sekedar meniru, tapi juga mampu menampilkannya dengan baik. Sedangkan pada anak yang menggeluti bidang olahraga mereka mampu menangkap maksud pengarahan gerakan yang diajarkan dengan cepat. Selain itu juga mampu untuk menunjukkan ketrampilan teknik dalam melakukan aktivitas olahraga tertentu.
Tujuan pembelajaran seni tari adalah untuk mendemonstrasikan suatu keterampilan motorik., melatih keseimbangan saat bergerak, menempatkan diri dalam peran dan situasi tertentu serta memahami dan memgikuti instruksi.