eka rahayu anggaraini
Rabu, 23 November 2016
Hubungan Psikologi Perkembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini
Hubungan Psikologi Perkembangan dan
Pendidikan
Anak Usia Dini
Menurut
Desmita (2013 : 3) Psikologi perkembangan adalah cabang dari psikologi yang
mempelajari secara sistematis perkembangan perilaku manusia secara ontogenik,
yaitu mempelajari proses-proses yang mendasari perubahan yang terjadi didalam
diri, baik perubahan dalam struktur jasmani, perilaku, maupun fungsi mental
manusia sepanjang rentang hidupnya (life
span), yang biasanya dimulai sejak konsepsi hingga menjelang mati.
Menurut
Suyadi, Maulidya (2012 : 17) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ialah pendidikan
yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh
aspek kepribadian anak. PAUD memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan kepribadian dan potensi secara maksimal.
Hubungan antara psikologi
perkembangan dan pendidikan anak usia dini, yaitu dilihat dari pengertian
psikologi perkembangan dan juga pendidikan anak usia dini bisa diambil
kesimpulan bahwa hubungan keduanya tidak dapat dipisahkan, karena dengan adanya
lembaga pendidikan anak usia dini maka kita bisa mengetahui perubahan apa saja yang
terjadi pada anak baik fisik, perilaku maupun proses mentalnya. Dengan demikian
kita bisa memberikan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan anak.
kecerdasan majemuk
"MULTIPLE INTELLIGENCE"
Teori
kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence atau MI) merupakan istilah yang
relatif baru yang dikenalkan oleh Howard Gardner. Jasmine (2007: 5) menjelaskan
bahwa “Teori tentang Kecerdasan Majemuk (KM) adalah salah satu perkembangan
paling penting dan paling menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini”. Teori KM
didasarkan atas karya Howard Gardner, pakar psikologi perkembangan, yang
berupaya menciptakan teori baru tentang pengetahuan sebagai bagian dari karyanya
di Universitas Harvard. Gardner berkenaan dengan teori tersebut, yaitu Frame of
Mind (1983) menjelaskan ada delapan macam [sekarang sembilan] kecerdasan
manusia yang meliputi bahasa (linguistic), musik (musical), logika-matematika
(logical-mathematical), spasial (spatial), kinestetis-tubuh
(bodily-kinesthetic), intrapersonal (intrapersonal), interpersonal
(interpersonal), dan naturalis (naturalits). Berikut ini dijelaskan secara
ringkas satu persatu dari bentuk-bentuk kecerdasan yang dimaksud oleh Gardner.
1) Kecerdasan Bahasa (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan bahasa erat hubungannya dengan keterampilan orang dalam menguasai bahasa tulisan dan lisan. Shearer (2004: 4) menjelaskan bahwa “Ciri utama dari kecerdasan bahasa meliputi kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif dalam membaca, menulis, dan berbicara. Keterampilan berbahasa penting sekali untuk memberikan berbagai penjelasan, deskripsi, dan ungkapan ekspresif”. Banyak orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol mempunyai kemampuan dalam bersyair, atau gaya menulis yang kaya ekspresi (Gardner, 2003). Gardner percaya para penyair dan penulis berbakat mempunyai pemahaman yang kuat tentang semantik (arti kata-kata), fonologi (bunyi bahasa), pragmatik (penggunaan bahasa), dan sintaksis (kaidah bahasa) dalam menggunakan kata-kata dan gagasan uniknya.
Komponen lain dari kecerdasan bahasa adalah memori lisan (verbal memory). Gardner (2003) menjelaskan bahwa “Kemampuan untuk mengingat informasi seperti daftar-daftar lisan yang panjang merupakan bentuk lain dari kecerdasan bahasa”. Oleh karena kekuatan memori lisan, maka mengingat dan mengulangi kata-kata yang panjang menjadi mudah bagi orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol. Bagi orang yang kuat memori lisannya maka gagasan mengalir dengan konstan hal ini disebabkan mereka mempunyai banyak kata-kata di dalam memori lisannya. Tanpa menghiraukan bagian khusus dari kekuatan memori lisan, penekanan terjadi baik pada bahasa tulis maupun bahasa lisan dalam kecerdasan bahasa (Gardner, 2003).
2) Kecerdasan Musik (Musical Intelligence)
Kecerdasan yang muncul lebih awal pada manusia dibanding kecerdasan lain adalah bakat musik. Shearer (2004 : 4) menjelaskan bahwa “Kecerdasan musikal meliputi kepekaan terhadap tangga nada, irama, dan warna bunyi (kualitas suara) serta aspek emosional akan bunyi yang berhubungan dengan bagian fungsional dari apresiasi musik, bernyanyi, dan memainkan alat musik”. Agar dapat dikatakan menonjol pada kecerdasan musik maka seseorang harus mempunyai kemampuan auditorial dengan baik (Gardner, 2003). Kemampuan auditorial tidak hanya menjadikan seseorang mampu mendengar dan merangkai musik saja, juga seseorang mampu mengingat pengalaman bermusik. Gardner (2003 : 102) juga menjelaskan bahwa “Kemampuan bermusik berhubungan dengan memori suara. Sekian persen dari apa yang didengar seseorang akan masuk dalam alam bawah sadarnya dan menjadi bagian pokok dari daya ingatnya”. Musik sering dimasukkan dalam ranah kecerdasan karena merupakan komponen memori. Pesinetron dan pengarang lagu adalah contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan musik yang menonjol.
3) Kecerdasan Logika-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence)
Bentuk lain dari kecerdasan manusia adalah kecerdasan logika-matematika. Shearer (2004: 4) menyatakan bahwa “Kecerdasan logika-matematika meliputi keterampilan berhitung juga berpikir logis dan keterampilan pemecahan masalah”. Matematikawan bukanlah satu-satunya ciri orang yang menonjol dalam kecerdasan logika-matematika. Siapapun yang dapat menunjukkan kemampuan berhitung dengan cepat, menaksir, melengkapi permasalahan aritmetika, memahami atau membuat alasan tentang hubungan-hubungan antar angka, menyelesaikan pola atau melengkapi irama bilangan, dan membaca penanggalan atau sistem notasi lain sudah merupakan ciri menonjol dari kecerdasan logika-matematika (Gardner, 2003).
4) Kecerdasan Visual-Spasial (Visual-Spatial Intelligence)
Kecerdasan ruang kadang-kadang disebut juga dengan kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan untuk merepresentasikan dunia melalui gambaran-gambaran mental dan ungkapan artistik (Shearer, 2004). Gardner (2003 : 173) mengakui bahwa “Pusat bagi kecerdasan ruang adalah kapasitas untuk merasakan dunia visual secara akurat, untuk melakukan transformasi dan modifikasi terhadap persepsi awal atas pengelihatan, dan mampu menciptakan kembali aspek dari pengalaman visual, bahkan sampai pada ketidakhadiran dari stimulus fisik yang berhubungan dengan pengalaman visualnya”. Ada banyak profesi atau ciri orang yang memerlukan kecerdasan ruang seperti, seorang pelaut memerlukan kemampuan untuk mengemudikan perahunya dengan bantuan peta; seorang arsitek dapat memanfaatkan sepetak ruang untuk membuat bangunan, dan seorang gelandang harus mampu memperkirakan seberapa jauh penyerang dapat menerima operan bola (Checkley, 1997). Kecerdasan visual-spasial berhubungan dengan objek dan ruang yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5) Kecerdasan Kinestetik-Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
Suatu kecerdasan yang sangat aktif yang dianugrahkan pada manusia adalah kecerdasan kinestetik-tubuh. Shearer (2004: 5) menjelaskan bahwa “Kecerdasan kinestetik menyoroti kemampuan untuk menggunakan seluruh badan (atau bagian dari badan) dalam membedakan berbagai cara baik untuk ekspresi gerak (tarian, akting) maupun aktivitas bertujuan (atletik)”. Penari dan perenang merupakan contoh dalam mengembangkan penguasaan gerak badan mereka sesuai gerakan khusus. Ada juga kemampuan menggerakkan objek dengan gerakan kompleks, seperti pemain basebal dan pemain musik. Semua orang dengan kecerdasan kinestetik-tubuh yang menonjol mampu menggunakan otot-ototnya untuk mengendalikan gerak badannya, memiliki koordinasi tangan-mata, dan mampu menggerakkan objek untuk melengkapi sejumlah gerak kompleks atau mengatur sebuah pesan (Gardner, 1983).
6) Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Ada dua kecerdasan yang berhubungan dengan perasaan diri sendiri. Pertama kecerdasan pribadi yang berhubungan dengan aspek internal dari seseorang. Hal itu disebut dengan kecerdasan intrapersonal. Shearer (2004: 6) menjelaskan bahwa “Fungsi penting dari kecerdasan intrapersonal ialah meliputi penilaian-diri yang akurat, penentuan tujuan, memahami-diri atau instropeksi, dan mengatur emosi diri. Jika seseorang sudah memiliki kecerdasan intrapersonal yang kuat maka ia mampu memahami dirinya sebagai pribadi, apakah menyangkut potensi dirinya, bagaimana ia mereaksi terhadap berbagai hal, dan apa yang menjadi cita-citanya (Checkley, 1997). Dengan kecerdasan intrapersonal yang baik diharapkan setiap orang mampu membuat keputusan dan menentukan perilakunya tanpa harus selalu diarahkan dari orang lain.
lam pembelajaran merupakan satu alat efektif yang dapat membantu mencapai tujuan pendidikan (Hopper dan Hurray, 2000). Karena ada delapan kompetensi intelektual di dalam otak, maka guru dapat menyertakan beberapa cara baru dan berbeda tentang pendekatan tugas yang menggunakan satu atau lebih dari kombinasi KM.
1) Kecerdasan Bahasa (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan bahasa erat hubungannya dengan keterampilan orang dalam menguasai bahasa tulisan dan lisan. Shearer (2004: 4) menjelaskan bahwa “Ciri utama dari kecerdasan bahasa meliputi kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif dalam membaca, menulis, dan berbicara. Keterampilan berbahasa penting sekali untuk memberikan berbagai penjelasan, deskripsi, dan ungkapan ekspresif”. Banyak orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol mempunyai kemampuan dalam bersyair, atau gaya menulis yang kaya ekspresi (Gardner, 2003). Gardner percaya para penyair dan penulis berbakat mempunyai pemahaman yang kuat tentang semantik (arti kata-kata), fonologi (bunyi bahasa), pragmatik (penggunaan bahasa), dan sintaksis (kaidah bahasa) dalam menggunakan kata-kata dan gagasan uniknya.
Komponen lain dari kecerdasan bahasa adalah memori lisan (verbal memory). Gardner (2003) menjelaskan bahwa “Kemampuan untuk mengingat informasi seperti daftar-daftar lisan yang panjang merupakan bentuk lain dari kecerdasan bahasa”. Oleh karena kekuatan memori lisan, maka mengingat dan mengulangi kata-kata yang panjang menjadi mudah bagi orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol. Bagi orang yang kuat memori lisannya maka gagasan mengalir dengan konstan hal ini disebabkan mereka mempunyai banyak kata-kata di dalam memori lisannya. Tanpa menghiraukan bagian khusus dari kekuatan memori lisan, penekanan terjadi baik pada bahasa tulis maupun bahasa lisan dalam kecerdasan bahasa (Gardner, 2003).
2) Kecerdasan Musik (Musical Intelligence)
Kecerdasan yang muncul lebih awal pada manusia dibanding kecerdasan lain adalah bakat musik. Shearer (2004 : 4) menjelaskan bahwa “Kecerdasan musikal meliputi kepekaan terhadap tangga nada, irama, dan warna bunyi (kualitas suara) serta aspek emosional akan bunyi yang berhubungan dengan bagian fungsional dari apresiasi musik, bernyanyi, dan memainkan alat musik”. Agar dapat dikatakan menonjol pada kecerdasan musik maka seseorang harus mempunyai kemampuan auditorial dengan baik (Gardner, 2003). Kemampuan auditorial tidak hanya menjadikan seseorang mampu mendengar dan merangkai musik saja, juga seseorang mampu mengingat pengalaman bermusik. Gardner (2003 : 102) juga menjelaskan bahwa “Kemampuan bermusik berhubungan dengan memori suara. Sekian persen dari apa yang didengar seseorang akan masuk dalam alam bawah sadarnya dan menjadi bagian pokok dari daya ingatnya”. Musik sering dimasukkan dalam ranah kecerdasan karena merupakan komponen memori. Pesinetron dan pengarang lagu adalah contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan musik yang menonjol.
3) Kecerdasan Logika-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence)
Bentuk lain dari kecerdasan manusia adalah kecerdasan logika-matematika. Shearer (2004: 4) menyatakan bahwa “Kecerdasan logika-matematika meliputi keterampilan berhitung juga berpikir logis dan keterampilan pemecahan masalah”. Matematikawan bukanlah satu-satunya ciri orang yang menonjol dalam kecerdasan logika-matematika. Siapapun yang dapat menunjukkan kemampuan berhitung dengan cepat, menaksir, melengkapi permasalahan aritmetika, memahami atau membuat alasan tentang hubungan-hubungan antar angka, menyelesaikan pola atau melengkapi irama bilangan, dan membaca penanggalan atau sistem notasi lain sudah merupakan ciri menonjol dari kecerdasan logika-matematika (Gardner, 2003).
4) Kecerdasan Visual-Spasial (Visual-Spatial Intelligence)
Kecerdasan ruang kadang-kadang disebut juga dengan kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan untuk merepresentasikan dunia melalui gambaran-gambaran mental dan ungkapan artistik (Shearer, 2004). Gardner (2003 : 173) mengakui bahwa “Pusat bagi kecerdasan ruang adalah kapasitas untuk merasakan dunia visual secara akurat, untuk melakukan transformasi dan modifikasi terhadap persepsi awal atas pengelihatan, dan mampu menciptakan kembali aspek dari pengalaman visual, bahkan sampai pada ketidakhadiran dari stimulus fisik yang berhubungan dengan pengalaman visualnya”. Ada banyak profesi atau ciri orang yang memerlukan kecerdasan ruang seperti, seorang pelaut memerlukan kemampuan untuk mengemudikan perahunya dengan bantuan peta; seorang arsitek dapat memanfaatkan sepetak ruang untuk membuat bangunan, dan seorang gelandang harus mampu memperkirakan seberapa jauh penyerang dapat menerima operan bola (Checkley, 1997). Kecerdasan visual-spasial berhubungan dengan objek dan ruang yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5) Kecerdasan Kinestetik-Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
Suatu kecerdasan yang sangat aktif yang dianugrahkan pada manusia adalah kecerdasan kinestetik-tubuh. Shearer (2004: 5) menjelaskan bahwa “Kecerdasan kinestetik menyoroti kemampuan untuk menggunakan seluruh badan (atau bagian dari badan) dalam membedakan berbagai cara baik untuk ekspresi gerak (tarian, akting) maupun aktivitas bertujuan (atletik)”. Penari dan perenang merupakan contoh dalam mengembangkan penguasaan gerak badan mereka sesuai gerakan khusus. Ada juga kemampuan menggerakkan objek dengan gerakan kompleks, seperti pemain basebal dan pemain musik. Semua orang dengan kecerdasan kinestetik-tubuh yang menonjol mampu menggunakan otot-ototnya untuk mengendalikan gerak badannya, memiliki koordinasi tangan-mata, dan mampu menggerakkan objek untuk melengkapi sejumlah gerak kompleks atau mengatur sebuah pesan (Gardner, 1983).
6) Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Ada dua kecerdasan yang berhubungan dengan perasaan diri sendiri. Pertama kecerdasan pribadi yang berhubungan dengan aspek internal dari seseorang. Hal itu disebut dengan kecerdasan intrapersonal. Shearer (2004: 6) menjelaskan bahwa “Fungsi penting dari kecerdasan intrapersonal ialah meliputi penilaian-diri yang akurat, penentuan tujuan, memahami-diri atau instropeksi, dan mengatur emosi diri. Jika seseorang sudah memiliki kecerdasan intrapersonal yang kuat maka ia mampu memahami dirinya sebagai pribadi, apakah menyangkut potensi dirinya, bagaimana ia mereaksi terhadap berbagai hal, dan apa yang menjadi cita-citanya (Checkley, 1997). Dengan kecerdasan intrapersonal yang baik diharapkan setiap orang mampu membuat keputusan dan menentukan perilakunya tanpa harus selalu diarahkan dari orang lain.
lam pembelajaran merupakan satu alat efektif yang dapat membantu mencapai tujuan pendidikan (Hopper dan Hurray, 2000). Karena ada delapan kompetensi intelektual di dalam otak, maka guru dapat menyertakan beberapa cara baru dan berbeda tentang pendekatan tugas yang menggunakan satu atau lebih dari kombinasi KM.
Menurut Gadner,
kecerdasan manusia juga harus dinilai berdasarkan:
- Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi hidup
- Kemampuan menemukan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan atau dicari solusinya
- Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan memberikan penghargaan dalam budaya seseorang.
- Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi hidup
- Kemampuan menemukan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan atau dicari solusinya
- Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan memberikan penghargaan dalam budaya seseorang.
7) Kecerdasan Interpesonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan kedua yang berhubungan dengan orang dan pemahaman terhadap diri sendiri merupakan hubungan interpersonal. Kecerdasan interpersonal, sebagai sisi lain dari kecerdasan intrapersonal, sangat berhubungan dengan kemampuan untuk memahami orang lain. Shearer (2004: 6) menyatakan bahwa “Kecerdasan interpersonal mendorong keberhasilan seseorang dalam mengatur hubungan antar individu. Dua keterampilan pokok itu merupakan kemampuan untuk mengenali dan menerima perbedaan antar individu dan kemampuan untuk mengenali emosi, suasana hati, perspektif, dan motivasi orang”. Contoh profesi yang pekerjaan sehari-harinya berhadapan dengan orang, seperti guru, dokter, polisi, atau pedagang perlu lebih trampil dalam kecerdasan interpersonal supaya lebih berhasil di tempat kerja (Checkley, 1997). Namun hal itu jauh lebih sulit bagi beberapa orang yang bekerja bersama orang lain di mana mereka tidak bisa memahami atau dengan siapa mereka tidak bisa berhubungan.
8) Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence)
Lama sekali setelah Gardner menulis bukunya, Frames of Mind, ia menemukan bentuk kecerdasan yang lain. Bentuk kecerdasan kedelapan yang dimaksud oleh Gardner adalah kecerdasan naturalis. Shearer (2004: 6) menjelaskan bahwa “Orang yang menonjol dalam kecerdasan naturalis menunjukkan rasa empati, pengenalan, dan pemahaman tentang kehidupan dan alam (tanaman, hewan, geologi)”. Ada banyak bidang pekerjaan yang menghendaki bakat naturalis, seperti petani, ilmuwan, ahli tanah, dan orang yang berciri khas mengamati perilaku alam (Shearer, 2004). Walaupun ada banyak bidang pekerjaan yang memerlukan kekuatan kecerdasan naturalis, banyak orang dapat memiliki kekuatan kecerdasan naturalis dengan pemahaman sederhana dan memahami hakikat alam.
Sejak buku Gardner diterbitkan tahun 1983, para pendidik telah mendiskusikan dengan antusias cara mempertimbangkan pengunaan berbagai KM di dalam kelas (Osburg, 1995). Dengan mengadopsi penggunaan dari KM di dalam kelas, dan guru memiliki perspektif KM pada materi pelajaran, maka guru dapat melihat adanya satu perbedaan dalam gaya mengajar mereka, kurikulum sebagai suatu keseluruhan, dan organisasi kelas (Shearer, 2004). Ketika guru dapat benar-benar memandang perbedaan dalam intelektual manusia, mereka akan mempunyai cara-cara efektif untuk mendidik para siswa di dalam kelas (Gardner, 2003). Menggunakan KM da
fungsi seni tari untuk anak usai dini
FUNGSI
SENI TARI UNTUK ANAK USI DINI
Ada beberapa fungsi
atau manfaat dalam mempelajari seni tari bagi anak usia dini yakni sebagai
berikut.
1. Fisik
dan Koordinasi mantap
Belajar menari secara rutin memiliki pengaruh bagus
pada perkembangan fisik anak. Dengan menari, tubuh anak menjadi lebih lentur,
koordinasi pikiran dan gerakannya lebih terkontrol, postur tubuhnya lebih bagus
dan bisa mengurangi resiko obesitas dini. Bahkan jiak keahian tari ini terus
diasah hingga dewasa, bisa mengurangi resiko beberapa penyakit seperti encok,
kepikunan, tulang rapuh, stroke dan penyakit jantung.
2. Melatih
Disiplin
Ketika berjuang menguasi maneuver-manuver dan
koreogrfi tarian seorang anak tidak bisa menyontek untuk melakukannya dengan
baik. Agar bisa menguasai semua gerakan yang dibutuhkan untuk satu set tarian,
anak benar-benar harus dispin dalam berlatih dan memiliki komitmen tinggi.
3.
Meningkatkan Kreatifitas dan Kepercayaan Diri
Seni tari menuntut
seorang anak untuk belajar berekspresi lewat tariannya; hal ini dapat berdampak
pada tingkat kreatifitas serta kepercayaan diri di dunia luar sanggar atau
sekolah tari. Selain itu, kemampuan fisik dan berolah gerak yang diperoleh dari
belajar menari dapat membuat anak merasa percaya diri, yang kemudian dapat
berdampak baik pada motivasinya dalam melakukan suatu tugas serta mengejar
target di berbagai bidang kehidupan berapapun usianya.
4.
Belajar Bekerjasama, Tidak Melulu Berkompetisi
Dalam dunia sekolah umum, anak sering diajar untuk
berkompetisi dengan teman-temannya demi mendapat peringkat tinggi di kelas.
Dalam seni tari, terutama jika menarikan banyak tarian berkelompok, anak harus
belajar untuk bekerjasama dan berkoordinasi dengan anak-anak lain untuk
menghasilkan satu penampilan yang bagus. Hal ini bagus untuk menyeimbangkan
jiwa kompetisi dengan semangat kerjasama dan menghilangkan sikap sombong serta
mau menang sendiri.
5.
Membentuk Saluran untuk Mekanisme Pertahanan Ego
Yang dimaksud dengan mekanisme pertahanan ego di
sini adalah setiap tindakan yang dilakukan setiap kali seseorang habis
mengalami sesuatu yang mengguncang sistem nilai, pemahaman serta harga
dirinya
Pendidikan seni tari pada anak usia
dini adalah salah satu sarana pendiidkan untuk
mengembangkan kepribadian anak yang positif dalam
mencapai kedewasaan anak. Dalam proses mencapai kedewasaan, anak
juga mengalami proses pengalihan kebudayaan sebagai model-model pengetahuan,
nilai-nilai dan kepercayaan. Proses pengalihan kebudayaan yang meliputi proses
sosialisasi, enkulturasi dan internalisasi, dikenalkan pada anak
sejak anak usia dini melalui proses pembelajaran seni
tari, anak mampu bersosialisasi
dengan guru, lingkungan, sekolah, teman sebaya; anak
mampu membentuk pola-pola yangt etap dan mantap melalui proses meniru yang
dilakukan secara terus menerus; anak mampu
mengembangkan ebrbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi dalam
kepribadiannya yang ditunjukkan dengan ekspresi gerak. DI samping itu, anak juga dapat mengenal seni budaya,
adat istiadat, norma-norma, tata peraturan yang berlaku di lingkungan
masyarakatnya. Fungsi seni tari lainnya bagi anak usia
dini adalah
1. Meningkatkan
perkembangan emosional anak terutama dalam memperhalus budi pekerti anak.
2. Mengembangkan
kepekaan serta daya cipta (kreasi) anak untuk mengekspresikan.
3. Mengembangkan
kognisi anak.
4. Merangsang
daya imajinasi yang sehat.
Menurut Seefeldt & wasik (2008)
kesenian adalah dasar dalam setiap pembelajaran. Kemudian Asef Umar Fakhrudin
(2010:198), menjelaskan bahwa semua anak sejatinya mempunyai jiwa seni dalam
dirinya. Dalam pembelajaran seni tari tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan
seni itu sendiri, akan tetapi juga untuk mengembangkan potensi dan dimensi lain
yang dimiliki anak. Berikut ini alasan dasar mengapa seni tari dimasukkan dalam
pembelajaran anakusia dini.
1. Membantu
Perkembangan Dasar Anak
a. Perekembangan
Motorik
Elizabeth Hurlock
menyatakan bahwa ketiaka anak bermain, yang dalam ini secara alamiah dan
otomatis mnggerakkan badan dan organ-organnya, akan menyeruak keterampilan
motorik baru yang masing-masing membentuk pola kehidupan.
Menurut Yusuf
(Kusumastuti:2009), kemampaun motorik anak dapat dideskrisikan sebgai berikut.
Usia
|
Kemampuan
motorik kasar
|
Kemampaun
motorik halus
|
3-4
tahun
|
1. Naik
turun tangga
2. Meloncat
dengan dua kaki
3. Melempar
bola
|
1. Menggunakan
krayon
2. Menggunakan
benda atau alat
3. Meniru
bentuk (meniru gerakan orang lain)
|
4-6
tahun
|
1. Meloncat
2. Mengendarai
sepeda anak
3. Menangkap
bola
4. Bermain
olahraga
|
1. Menggunakan
pensil
2. Menggambar
3. Memotong
dengan gunting
4. Menulis
huruf cetak
|
menurut Zulkifli
(Kusumastuti:2009, menjeaskan gerakan yang sering dilakukan anak-anak dapat
dibedakan menjadi 3 golongan.
1. Motorik
statis, yaitu gerakan tubuh sebagai upaya memperoleh keseimbangan gerak pada
saat berjalan.
2. Motorik
ketangkasan yaitu gerakan untuk melakukan tindakan yang berwujud ketangkasan
dan keterampilan.
3. Motorik
penguasaan, yaitu gerakan yang dilakukan untuk mengendalikan otot-otot tubuh
sehingga ekspresi muka terlihat jelas.
Seni
tari salah satu alternatif yang bisa dijadikan sebagai media untuk membantu
perkembangan motorik anak.
b. Perkembangan
Kognitif
kematanagn berpikir
atau kognisi seseorang (anak), menurut Wodsworth (Rasyid, 2012:103), memerlukan
proses dan sentuhan pihak lain terhadap dirinya melalui interaksi fisik dan
psikis dengan variasi lingkungannya. Pembelajaran seni tari adalah sebuah
rangsangan untuk melatih perkembangan kognitif. Anak dilatih untuk berpikir,
meniri, berkreasi dan menghafalkan gerakan dalam hal demikian, kematangan
berpikir manusia, sebenarnya diawali dengan berpikir simbolik, yang pada
akhirnya dapat berfungsi memberikan ketepatan mengingat objek dan pengalaman,
serta membantu anak untuk berpikir dalam memecahan masalah.
c. Perkembangan
social dan emosional
Pendidikan emosi dan
social pada anak, berada pada posisi sangat penting dalam
perkembangan dan pertumbuhannya. Dalam emosi anak tercermin pada raut wajah
mereka yang bahagia, teriakan-teriakan penyemangat, senyum dan tertawa, juga
yang lainnya. Melalui seni tari anak belajar unuk melatih mengkpresikan emosi
yang posiif. Lalu aspek sosialnya bisa dilihat salah satunya dalam tarikelompok
atau berpasangan. Dalam kelompok tersebut anak harus memandang teman-temannya
sebagai bagian kelompok \, yang tentunya harus kompak.
d. Perkembangan
bahasa
Dalam pembelajaran seni
tari, juga melatih perkembangan bahasa anak. Sesuai yang dijelaskan Didi Suryanto,
selaku praktisi, atau guru tari dalam setiap pembelajaran seni tari tidak serta
merta langsung mengajarkan gerakan kepada anak, tetapi terlebih dahulu
bercerita tentang tema atau judul tari yang akan dibawakan
2. Mengembangkan
Kreativitas anak
Kesenian adalah dasar
dalam setiap pembelajaran anak usia dini. Menurut Seefeldt & Wasik (2008),
bukannya mengindahkan bidang pelajaran lain akan tetapi tidak ada pembelajaran
yang efektif dan berhasil tanpa menekankan kesenian. Menurut Piaget dan
Inhelder (Seefeldt & Wasik, 2008) kemampuan atau bakat anak untuk
menghadirkan imajinasi (kreativitas) mereka itu berjalan paralel dengan
perkembangan kognitif. Hurlock (2002) bahwa kreativitas anak dapat dipupuk atau
dibekukan oleh pengaruh lingkungan. Kreativitas dalam seni tari berkaitan
dengan adanya penemuan, pengalaman, dan proses pembelajaran untuk menghasilkan
ide baru.
3. Mengembangkan
Minat dan Bakat
Pada dasarnya manusia
dibekali potensi yang luar biasa didalam
dirinya. Dalam pross berlangsungnya hidup, potensi terseut harus diasah dan digali sehingga ia menjadi seorang
yang ahlidalam bidangnya. Dengan mengenali bakat anak sejak dini, maka bakat
anak akan terasah dan terus digali dengan baik.
4. Melestarikan
Budaya Indonesia
Melalui pendidikan seni
disekola, selain memang untuk media dalam membantu perkembangan dan
pertumbuhananak, disisi lain juga mempunyai visi mengenalkan seni kepada anak
usia dini. Dengan harapan, anak mepunyai rasa memiliki, ingin menjaga dan
melestarikan salah satu kedubayaan yang tak ternilai tersebut.
Menurut Setyowati, (2006:12) untuk usiapendidikan, seni
perlu diberikan kepadaanak sejak dini, khususnya seni tari karenadengan
kegiatan menari banyak manfaatyang bisa ditemukan, seperti:
1. Melatih motorik dan bakat
Dengan
gerakan-gerakan tari anak akanmampu mengekspresikan dirinya denganterampil
lewat gerak tari dan irama musik sehingga motorik kasar anak
bisaberkembang dengan berjalannya waktu.Selain itu anak bisa lebih
semangatbelajar saat mendengar hari ini ada pelajarantari apa lagi akan
diadakan pentas seni, anak bisa bergerak bebas sesuai dengan iramamusik,
melompat, menggerakkan tangan,kepala dan lain-lain yang berhubungandengan
motorik kasar anak karena kegiatantari ini dapat mengembangkan kemampuanatau
bakat yang mereka miliki.
2. Kegembiraan
Karena
rangsang auditif itu adalahmodel rangsang dengar yang terkesan
untuk mengembangkan materi tari melalui bunyi-bunyian yang didengar,
misalnya sepertianak langsung bergerak ketikamendengarkan musik yang diputar
oleh gurusehingga pada dasarnya anak-anak merasamenemukan kebebasan
dalammenggerakkan anggota tubuhnya maupunmengkoordinasikan semua gerakan
yangmuncul atau gerakan yang satu dengangerakan yang lainnya sesuai dengan
iramadan tempo musik yang diinginkan oleh Ainur Rohmatul Hafida (081684006),
Pembelajaran Tari Melalui Rangsang Auditifmasing-masing anak. Anak akan
merasagembira dengan melakukan tarian karenagerakannya sederhana dan menarik.
3. Keberanian
Dari
gerakan-gerakan sederhanatersebut seperti melambai ke atas dan kebawah,
tepuk-tepuk, memutar pergelangantangan pada saat guru tari memutar lagu.Gerakan
yang tidak di sengaja tersebut Gurutari menciptakan suatu gerakan tari
yangsederhana yang terinspirasi dari kreativitasmurid-murid. Secara tidak
langsung Guru juga melatih mental anak untuk ke arah yanglebih berani
dengan mengikutkan merekadalam perlombaan.
4. Minat
Dari
tarian sederhana akan dapatmemunculkan keinginan atau minat anak dalam
menyukai dan mengekspresikangerakan yang diinginkan.
5. Percaya diri
Anak
akan merasa percaya diri karenasering mengikuti pentas tari yang dilihatbanyak
orang, secara tidak langsung mentalanak akan teruji saat mereka berada di
ataspanggung.
6. Kerjasama
Dengan
mengajarkan anak tariberkelompok maka anak juga akan berlatihkerjasama dengan
teman, saling membantuketika teman merasa kesulitan saat berlatih,dan juga
saling mengingatkan. Dalamfrekuensi interaksi dengan teman sebaya,baik positif
maupun negatif, terusberkelanjutan dan makin meningkat padamasa usia prasekolah
ini (Hartup, 1983dalam Santrock, 1990:312). Denganbertambahnya usia, anak makin
mengetahuibagaimana cara bermain dan bergaul(Hadist, 2004:142).
7. Nasionalis
Guru
tari mengajarkan anak-anak tarian tradisional misalnya menggunakanlagu
gundul-gundul pacul, jaranan, dancublak-cublak suweng. Ini dikarenakanuntuk
melestarikan budaya bangsa selainitu tarian tradisional banyak mengandungunsur
permainan atau dolanan sehinggabaik untuk diajarkan pada anak TamanKanak-Kanak.
8. Toleransi
Banyak
macam tarian yang diajarkan diTK, tarian daerah maupun tarian religius
inibertujuan untuk mengajarkan sikaptoleransi antar sesama.Menurut Hibana
(2002:26) motorik kasar pada anak usia 4-5 tahun sangatberpengaruh dalam
gerak tari, karena dengangerakan-gerakan tari anak akanmengeluarkan tenaga.
Dengan gerakan-gerakan tari tersebut anak akan mampumengekspresikan dirinya
melalui gerak taridan irama musik sehingga motorik kasaranak bisa berkembang.
Tujuan
Pendidikan Seni Musik dan Tari Anak Usia Dini : Melatih fisik motorik anak.Melatih
perkembangan kognitif, afektif. Melatih perkembangan sosial emosi, komunikasi
dan bahasa. Melatih minat, bakat, dan kreativitas anak.Menanamkan nilai-nilai
pendidikan atau nilai-nilai kemanusian (kepekaan estetis). Melestarikan Budaya
Indonesia.
Kemampuan dasar fisik AUD dapat dikenali dari kemampuannya melakukan gerakan keseimbangan, lokomotor, kecepatan, perubahan, ekspresi, teknik, mengendalikan tubuh, gerak yang energik dan koordinasi anggota tubuh. Kemampuan dasar estetik AUD terlihat dari kemampuannya mengungkapkan keindahan tari baik dalam kegiatan penciptaan tari maupun dalam kegiatan menari. Kemampuan dasar kreatif AUD dapat dikenali dari kemampuannya membuat gerak-gerak yang unik, berbeda dengan teman-temannya, bahkan kemampuannya membuat gerak baru, serta kecepatannya menyesuaikan diri dengan teman-temannya, apabila melakukan kesalahan pada waktu menari.
Ciri-ciri khusus pendidikan seni untuk AUD adalah musik dan tari yang sesuai dengan kemampuan dasar anak usia AUD dari aspek intelektual, emosional, sosial, perseptual, fisikal, estetik dan kreatif. Bermain merupakan pendekatan yang paling cocok untuk pembelajaran musik dan tari di AUD.
Kemampuan dasar fisik AUD dapat dikenali dari kemampuannya melakukan gerakan keseimbangan, lokomotor, kecepatan, perubahan, ekspresi, teknik, mengendalikan tubuh, gerak yang energik dan koordinasi anggota tubuh. Kemampuan dasar estetik AUD terlihat dari kemampuannya mengungkapkan keindahan tari baik dalam kegiatan penciptaan tari maupun dalam kegiatan menari. Kemampuan dasar kreatif AUD dapat dikenali dari kemampuannya membuat gerak-gerak yang unik, berbeda dengan teman-temannya, bahkan kemampuannya membuat gerak baru, serta kecepatannya menyesuaikan diri dengan teman-temannya, apabila melakukan kesalahan pada waktu menari.
Ciri-ciri khusus pendidikan seni untuk AUD adalah musik dan tari yang sesuai dengan kemampuan dasar anak usia AUD dari aspek intelektual, emosional, sosial, perseptual, fisikal, estetik dan kreatif. Bermain merupakan pendekatan yang paling cocok untuk pembelajaran musik dan tari di AUD.
Bila
anak tersebut memiliki minat dan kemampuan dibidang seni tari tak semua anak
mampu meniru gerakan tarian dengan tepat hanya dengan melihatnya saja. Namun,
anak dengan kecerdasan gerak memiliki kemampuan untuk dapat meniru, menghafal
dan menghayati gerakan-gerakan tarian yang dilihatnya. Tak sekedar meniru, tapi
juga mampu menampilkannya dengan baik. Sedangkan pada anak yang menggeluti
bidang olahraga mereka mampu menangkap maksud pengarahan gerakan yang diajarkan
dengan cepat. Selain itu juga mampu untuk menunjukkan ketrampilan teknik dalam
melakukan aktivitas olahraga tertentu.
Tujuan
pembelajaran seni tari adalah untuk mendemonstrasikan suatu keterampilan
motorik., melatih keseimbangan saat bergerak, menempatkan diri dalam peran dan
situasi tertentu serta memahami dan memgikuti instruksi.
Langganan:
Postingan (Atom)